Selasa, 28 Agustus 2012

handphone? smartphone? whatever

benda genggam.

apa sih yang biasa digenggam orang jaman sekarang?
jelas banget jawabannya HANDPHONE.
atau smartphone. atau apalah istilah yang kalian pakai.

hmm, sebenernya bingung apa yang pingin saya tulis tentang benda genggam jaman ini. =___=

yang bikin saya pingin nulis tentang benda genggam baru ini diawali dari tabloid dwi mingguan yang memuat gadget-gadget keluaran terbaru di Indonesia, PULSA. waktu itu, ayah saya pulang membawa tabloid menarik itu. menarik bukan karena saya pingin ganti handphone. saya merasa si CeTiga masih mampu memenuhi kebutuhanku akan komunikasi. CeTiga, aishiteru~
biasanya yang aku lihat dari tabloid ini adalah seberapa menariknya model gadget itu. kalau menarik baca spesifikasinya, kalau engga lanjut halaman selanjutnya.

nah, sebagai penikmat model lucu sebuah gadget, saya merasa kecewa dengan model benda genggam mutakhir. layar semua. persegi panjang semua.
monoton.
bosen
engga ada model lain?

buat pengguna benda genggam berbentuk persegi dengan layar sentuh, jangan tersinggung.
yang biasanya saya ubek-ubek tabloid itu satu jam-an kemaren selesai dalam waktu 5 menit dengan komentar, "engga ada yang menarik."

setelah serangan BB beberapa tahun lalu yang sekarang mulai mereda, datang serangan smartphone.
huft.. entahlah.
aku gatau mau ketik apalagi..

Jumat, 10 Agustus 2012

sajadah

hari ke 13 bulan ramadhan.

bulan ramadhan identik banget sama shalat tarawih. engga cuma shalat tarawih, tapi juga shalat-shalat yang lainnya. dan tentunya shalat itu pasti ada kaitannya dengan sajadah.

sajadah?
kata wikipedia,
Sajadah (dalam Arab, سجادة sajjāda atau musallah, dalam Persia: جانماز Janamaz) adalah alat yang terbuat dari kain yang biasanya memiliki gambar dan corak bernafaskan Islam. Sajadah digunakan kaum Muslim untuk menjaga agar tetap terjaga kebersihannya ketika melaksanakan salat. Sajadah pada umumnya memiliki ukuran yang cukup besar untuk mengkover seluruh bagian tubuh ketika melakukan sujud agar tetap bersih selama shalat.

meskipun masjid udah ada karpet macam sajadah gitu yang biasanya gambarnya seragam dengan warna dasar hijau, kalau engga pakai sajadah sendiri itu rasanya kurang sreg. kalo kata ibu saya, "itu siapa tahu karpet di masjid jarang dicuci. najis. mending pake sajadah sendiri. paling engga kita tau tingkat kebersihannya."
kalo dilihat gitu, berarti sajadah itu tempat terjadinya pertukaran mikroorganisme. apalagi sajadah umum bentuk karpet yang digelar di masjid, orang yang sama engga bakal menempati tempat yang sama kalo dia engga i'tikaf dalem mesjid dengan tempat yang di situ-situ aja. padahal ada mikroorganisme yang bisa menular dari nafas orang yang terinfeksi. jadi amannya sangu sajadah kemana-mana ya?!

ini kenapa malah ngomong dari sisi kesehatan =____=
enggak, saya engga mau mengupas pengaruh penggunaan sajadah untuk kesehatan.

dulu, waktu saya masih kecil, variasi gambar dan ukuran sajadah masih terhitung. tapi waktu berjalan muncul perubahan yang ada perubahan sajadah. dari yang awalnya banyak pengguna sajadah single (sajadah yang cuma cukup buat satu orang), disamping keberadaan sajadah 1,3 (ukuran lebih besar sedikit dari sajadah single) dengan gambar yang itu-itu aja. kemudian muncul sajadah 1,5 (lebih besar dari sajadah 1.3) dengan gambar yang mulai macem-macem.
nah, saya mulai ngerasain muncul masalah ketika sajadah 1,5 muncul.
nb. itu nama sajadah merupakan hasil karangan saya belaka.

kalian tahu kan kalau shalat akan dimulai imam bakal bilang. "rapat dan luruskan shaf!"
itu perintah bukan anjuran dan harusnya orang segera dempet-dempet merapatkan shaf. merapatkan shaf dan melupakan batas batas sajadah. nah ini yang kadang bikin aku kesel.
kalau pake sajadah single, engga merapatkan barisan pun jarak antar ma'mum rapat. nah kalau pake sajadah 1,5 dan beliau engga mau merapatkan diri. jarak antar ma'mum renggang, tempatnya setan kata pak ustad.
kesel kuadrat kalau sampe bilang, "bu, geser bu!" dan beliau ....... GESER ..... tapi cuma 5 cm. padahal masih ada jarak satu langkah. saat yang tepat buat facepalm.
ya karena yang disampingku engga mau geser otomatis tawaran berlaku pada orang di belakang. mereka .... ENGGA MAU MAJU!
alhasil, saya harus shalat dengan keadaan renggang. itu risih, engga nyaman, dan makan ati.


kadang saya ngerasa dari cara penggunaan sajadah dan pengisian shaf, kita bisa lihat pribadi pengguna sajadah itu. *obsesi psikolog engga jadi*

orang yang engga mau ninggalin sajadah miliknya padahal ada tempat kosong yang wajib diisi kalau boleh aku katain egois (?) atau dia engga tau apa pemilik sajadah memperbolehkan dia menginjakkan kakinya di sana.
tapi bakal lain ceritanya kalau dia engga mau isi tempat kosong padahal pemilik sajadah sudah menawarkan. kalau boleh kubilang, dia enggak sopan dan egois. apalagi kalau dengan alasan, 'aku engga mau pisah sama temenku.'
huft!

untuk mengakhiri tulisan ini, saya mau menuliskan satu harapan kecil saya.
Suatu saat nanti, saya ingin orang-orang di komunitas saya tinggal dan tumbuh nantinya dan sekarang bisa mengisi dan merapatkan shaf tanpa memikirkan sajadah, siapa yang ada di sebelahnya, dsb.
amin.

semarang, di rumah orang tua
masjid al-aqobah jangli permai