jumat, 23 desember 2010
pulang naik bis kayak biasa. yang enggak biasa itu perasaan saya. kenapa? tahukah? tahukah? yah, beberapa hal di kelas bikin dongkol dan semakin dongkol karena saya naik bis jam setengah tujuh malam.
naik bis dengan hati dongkol sungguh tak enak. untung saja, di bis ada yang bisa diajak ngobrol.
teman saya (TS) : udah ngucapin selamat hari ibu belom si?
bocah lugu (BL) : udah tho ya! lha kamu bagemana?
TS : enggak -jawab sambil nyengir
BL : hee? kenapa? -tanya sambil pasang tampang oon
TS : ibu gw udah enggak ada. -jawab sambil senyum
BL : eeee? -masi bertampang oon
TS : iya si.. ibu gw uda meninggal. -masih senyum
BL : *speechless* *mengalihkan pandangan ke arah jendela*
sambil ngeliatin martabak bandung yang lagi diracik sama bapak penjual martabak dari dalem bis, saya merenung.
saya memikirkan bagaimana perasaannya ketika mengatakan hal itu. tapi dari raut wajahnya sepertinya itu sudah terjadi sangat lama. saya memikirkan bagaimana rasanya pulang tanpa sambutan seorang ibu. bagaimana rasanya hidup tanpa omelan seorang ibu. bagaimana makan tanpa masakan seorang ibu. bagaimana merapikan rumah tanpa seorang ibu. bagaimana bersantai tanpa canda seorang ibu. bagaimana bisa saya megasuh adek tanpa bantuan seorang ibu.
dari renungan sekilas itu saya hanya dapat berkata dalam hati, terima kasih ibu. anda sungguh keren. ehe~ dan semua kedongkolan itu pun hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bocah ini telah menulis..
Sekarang giliran anda memberi komentar..